Paus Fransiskus







Klik juga di sini  
untuk membaca hal-hal yang disampaikan oleh Paus Fransiskus


Sambutan Paus Fransiskus kepada para Diplomat di Vatikan

Pada hari ini, 22 Maret, Paus Fransiskus telah menerima para anggota dari Badan Diplomatik untuk Tahta Suci di Ruang Regia di Istana Apostolik di Vatikan.
Paus menerima Dubes dari 180 negara, kerajaan dan organisasi internasional yang memiliki hubungan diplomatik dengan Tahta Suci. Juru bicara Vatikan menambahkan bahwa Bapa Suci juga telah menerima surat khusus dari perwakilan negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Tahta Suci yaitu Afganistan dan Arab Saudi.

 (Sumber: Radio Vatikan)

Bapak-bapak dan Ibu-Ibu yang saya muliakan,
Saya mengucapkan terima kasih kepada Anda, Duta Besar Jean-Claude Michel, akan kata-kata indah yang ditujukan kepada saya atas nama Anda semua dan dengan sukacita saya menyambut Anda dalam temu muka perkenalan ini, sederhana namun pada saat yang sama mendalam, yang idelnya menjadi suatu rangkulan seorang Paus bagi dunia. Kenyataannya, melalui Anda, saya berjumpa dengan masyarakat Anda, dan dalam arti tertentu, saya menjumpai semua warga dari negara Anda dengan segala kegembiraan, kesedihan, harapan dan keinginan-keinginannya.

Kehadiran Anda dalam jumlah yang besar adalah suatu tanda bahwa hubungan-hubungan yang negara Anda buat dengan Tahta Sucid adalah hubungan yang menguntungkan dan sungguh, suatu kesempatan demi kebaikan kemanusiaan. Sungguh, inilah yang ada dalam hati Tahta Suci: demi kebaikan setiap manusia di atas muka bumi ini. Dan terutama untuk maksud inilah Uskup Roma memulaikan pelayananya, dengan tahu mengandalkan persahabatan dan rasa kasih dari negara-negara yang Anda wakili. Pertemuan ini juga merupakn kesempatan untuk mengajak berjalan bersama dengan beberapa negara yang hingga sekarang belum membangun hubungan diplomatik degan tahta Suci, beberapa di antaranya –dengan sepenuh hati saya berterima kasih kepada mereka-, ingin hadir dalam Misa permulaan dari pelayanan saya, atau telah mengirim pesan sebagai ungkapan kedekatan.

Seperti yang Anda tahu, ada berbagai alasan mengapa saya memilih nama saya seraya berpikir pada Fransikus dari Asisi, seorang pribadi yang dikenal baik di atas segalanya hingga ke ujung-ujung Italia dan Eropa dan juga di antar mereka yang tidak mengakui iman katolik. Satu dari alasan-alasan yang terutama adalah cinta yang Fransiskus miliki terhadap kaum miskin.

Betapa banyak jumlah orang miskin yang kini ada di dunia! Dan betapa besar penderitaan yang mereka jumpai! Atas teladan Fransiskus dari Asisi ini, Gereja senantiasa berusaha untuk merawat, melindungi di setiap sudut dunia, mereka yang menderita kemiskinan dan  saya berpikir bahwa banyak di antara negara Anda, Anda dapat melihat sejumlah besar karya dari orang-orang Kristen untuk membantu orang-orang sakit, yatim piatu, gelandangan dan mereka semua yang terpinggirkan, dan dengan demikian mereka bekerja untuk membangun masyarakat yang lebih manusiawi dan adil.

Tapi ada juga kemiskinan lain! Kemiskinan itu adalah kemiskinan spiritual zaman kita, yang melanda juga secara sangat tragis negara-negara yang dianggap lebih kaya. Pendahulu saya, Benediktus XVI yang terhormat dan terkasih, menyebutnya “Kediktatoran Relativisme” yang menjadikan masing-masing orang sebagai ukuran bagi dirinya sendiri dan membahayakan hidup bersama antar manusia. Demikian saya sampailah kepada alasan kedua dari nama itu.
Fransiskus Asisi berkata: bekerjalah untuk membangun perdamaian.
Tapi tidak ada perdamaian tanpa Kebenaran. Tidak akan ada pula perdamaian sejati jika masing-masing orang menjadi ukuran bagi dirinya sendiri, dan jika masing-masing dapat, selalu dan hanya mengklaim haknya, tanpa pada saat yang sama memperhitungkan kebaikan orang lain. Semua bertitik tolak dari kodrat yang mempersatukan semua manusia di atas muka bumi ini.

Salah satu gelar Uskup Roma adalah Pontifex, yakni "dia yang membangun jembatan" antara Allah dan manusia. Saya ingin agar dialog antar kita dapat membantu membangun jembatan bagi semua manusia, supaya dengan demikian setiap orang dapat menemukan orang lain bukan sebagai musuh, bukan sebagai saingan, melainkan sebagai seorang saudara untuk dirangkul dan dipeluk.

Asal usul saya sendiri mendorong saya untuk bekerja membangun jembatan. Kenyataannya, seperti anda tahu,
keluarga saya berasal dari Italia dan
demikianlah bagi saya, selalu hidup dialog antara tempat dan budaya yang berjauhan. Antara seorang pemimpin dunia dengan yang lain, sekarang ini selalu semakin dekat saling tergantung satu sama lain, butuh untuk berjumpa dan menciptakan ruang nyata bagi persaudaraan sejati.

Saat ini peranan agama sangat mendasar. Agama-agama tidak dapat membangun jembatan antar manusia seraya melupakan Allah. Tapi benarlah juga kebalikannya, agama-agama tidak dapat menghidupi hubungan yang benar dengan Allah seraya melupakan agama yang lain.

Untuk itu
pentinglah unutk mengintensifkan dialog antar berbagai agama. Terutama saya berpikir pada dialog dengan Islam, dan saya telah sangat terkesan akan kehadiran, selama Misa permulaan pelayanan saya, banyak pemimpin sipil dan pemimpin agama dari dunia islam. Dan juga, pentinglah mengintensifkan perjumpaan dengan mereka yang tidak beriman, agar perbedaan-perbedaan yang memisahkan dan menyakiti kita tidak pernah menang, sebaliknya keinginan untuk membangun hubungan persahabatan yang sejati diantara semua orang, meskipun perbedaan yang ada.

 Berjuang memerangi kemiskinan, baik kemiskinan materil maupun spirituil; membangun perdamaian dan membuat jembatan, adalah bagaikan titik-titik rujukan dari sebuah perjalanan, dalam mana saya ingin mengundang masing-masing orang dari negara yang anda wakili untuk berpartisipasi . Tapi ini adalah suatu perjalanan yang sulit jika tidak tidak belajar untuk semakin lebih mencintai dunia kita ini. Juga dalam masalah ini, saya terbantu  dengan nama Fransiskus, yang mengajarkan suatu penghargaan yang mendalam bagi semua ciptaan, melindungi tempat tinggal kita ini, yang terlalu sering tidak kita gunakan untuk kebaikan, tapi untuk rakus mengeksploitasi satu dengan yang lainnya.

Bapak-Ibu, para duta yang terkasih,
Sekali lagi terima kasih untuk semua usaha yang telah anda lakukan, bersama dengan Sekretariat Negara, untuk membangun perdamaian dan membuat jembatan pertemanan dan persahabatan. Melalui Anda, saya ingin membaharui ungkapan terima kasih saya bagi pempimpin-pemimpin Anda atas partisipasi mereka dalam kesempatan pemilihan saya, seraya mengharapkan suatu kerja sama yang berbuah melimpah. Semoga Allah yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat-rahmatNya kepada masing-masing anda, keluarga anda dan masyarakat yang Anda wakili.

Vatikan 22 Maret 2013
Fransiskus pp.